BATU SALURAN KEMIH

Penyakit batu saluran kemih merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu ginjal diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Dengan kata lain, satu dari sepuluh penduduk di Indonesia mengidap penyakit batu ginjal.

Usia puncak penyakit batu ginjal adalah dekade 3 hingga dekade 4. Batu saluran kemih dapat terbentuk di semua lokasi saluran kemih yang terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.

Adapun gejala batu saluran kemih adalah nyeri pinggang, nyeri saat berkemih, kencing anyang-anyangan, benjolan di pinggang, kencing berdarah ataupun kadang tidak bergejala. Bila batu saluran kemih tidak diterapi dengan baik, dapat menyebabkan infeksi saluran kemih yang berat hingga gagal ginjal yang mengharuskan pasien untuk cuci darah rutin.

Adapun faktor risiko batu saluran kemih adalah faktor keluarga memiliki penyakit batu saluran kemih, pernah mengidap batu saluran kemih sebelumnya, memiliki penyakit asam urat (konsumsi makanan tinggi asam urat), kelainan pada saluran kemih (striktur uretra, pembesaran prostat jinak, dll), dan kondisi dehidrasi dalam waktu yang lama. Cara deteksi batu saluran kemih yang paling non-invasif dan mudah adalah ultrasonografi saluran kemih.

Adapun sarana untuk mengcegah timbulnya batu saluran kemih adalah minimum air 2 liter setiap hari (8 gelas) dan mengurangi konsumsi makanan tinggi asam urat seperti jerohan, kacang-kacangan, sayuran kangkung, bayam dan produk kedelai.

Terapi batu saluran kemih berdasarkan lokasi batu saluran kemih dan ukuran batu saluran kemih tersebut. Adapun terapi yang dapat diberikan pada batu saluran kemih adalah terapi medikamentosa, operasi terbuka batu saluran kemih, operasi secara endoskopi dan terapi extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL).

Terapi ESWL menggunakan gelombang kejut yang dihantarkan dari luar tubuh pasien, tanpa pembiusan dan tanpa dirawat inap. Pada lokasi ginjal, ureter hingga kandung kemih, batu yang berukuran kecil (<20 mm) umumnya disarankan menggunakan terapi ESWL. Batu ukuran tersebut dapat juga diterapi dengan cara endoskopi (ureteroscopy, percutaneous nephrolithotripsy, atau litotripsy batu buli).

Pemilihan terapi tersebut dikembalikan ke pasien hendak menjalani terapi yang mana. Batu saluran kemih ukuran besar (>20 mm) disarankan menggunakan terapi endoskopi, namun terapi eswl dapat juga digunakan (terutama dianjurkan pada pasien yang kondisi tubuh tidak baik, usia tua, atau pemilihan pasien sendiri untuk terapi eswl).

Namun batu dengan ukuran besar mungkin membutuhkan sesi ESWL yang beberapa kali. Operasi terbuka batu saluran kemih umumnya disarankan pada batu saluran kemih besar yang diperkirakan akan membutuhkan terapi endoskopi atau ESWL yang berulang-ulang. Dengan penanganan batu saluran kemih yang baik, penyakit gagal ginjal pun dapat dicegah dengan baik.

Author